Sejarah Tari Lengger menceritakan kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Galuh Candra Kirana. Tarian ini tidak hanya menceritakan kisah asmara saja, tapi juga berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Konon, awalnya tari ini dikembangkan oleh Sunan Kali Jaga sebagai sarana untuk mengenalkan agama Islam. Dalam setiap pentas tarian ini selalu terselipkan nilai-nilai ajaran Islam. Nilai yang terselip adalah untuk mengingatkan kepada umat Islam bahwa tidak boleh meninggalkan sholat 5 waktu.
Baca juga : Kue Sagon Khas Wonosobo
Keunikan dari Tari Lengger adalah dahulu pemeran tarian ini yaitu penari pria yang dandan seperti wanita. Masyarakat menyebutnya sebagai tari lengger lanang. Namun seiring berjalannya waktu, pemeran tarian ini mulai seorang pria dan wanita tanpa harus menunjukkan sisi transgender. Sebagai gantinya, penari laki-laki mengenakan topeng untuk aksesoris tariannya. Keunikan lainnya, dalam tarian lengger masih banyak yang menyangkutkan dengan hal-hal yang berbau mitos. Misalnya seperti pantangan penonton tidak boleh mengenakan pakaian yang berwarna tertentu karena bisa menyebabkan penari kerasukan.
Urutan Dalam Tari Lengger
Dalam pertunjukan kesenian Tari Lengger terbagi menjadi empat babak atau adegan. Babak pertama adalah babak Gamyongan atau babak Lenggeran, babak ketiga adalah babak Badhutan atau Bodhoran, dan yang terakhir adalah babak Baladewaan. Babak Gambyongan/Lenggeran yang ditarikan oleh penari wanita, mereka melakukan gerak bersolek atau berhias diri agar menjadi cantik sehingga banyak pemuda yang tertarik, babak badhutan (bodhoran) yaitu babak yang biasanya dibawakan oleh 2 orang penari, mereka menari dengan gerakan yang lucu sehingga menghibur penonton, dan babak yang terakhir babak Baladewaan yaitu munculnya penari yang menarikan tari Baladewaan yang merupakan babak terakhir dari Tari Lengger.
- Bagikan